MENGENAL SOSOK SOJO

Sojo bersama Bupati Ngawi Budi Sulistyono

Bagi masyarakat Ngawi khususnya wilayah timur, nama seorang Sojo sudah tidak asing lagi. Ya, pria yang intens di bidang pertanian ini dipercaya untuk memimpin Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI ) Kabupaten Ngawi. Langkah yang telah diambil APTI Ngawi selama kepemimpinannya begitu lekat dirasakan para petani tembakau. Berbagai pendekatan dan terobosan yang telah dilakukan bersama para petani tembakau mampu memberikan value bagi kesejahteraan petani.

Langkah besar Sojo tidak berhenti di situ saja, tahun 2019 ini ia memberanikan diri berjuang mencalonkan sebagai legislator dari partai PDIP untuk daerah pemilihan 2 (Karangjati, Beringin, Padas, Pangkur dan Kwadungan ).

Bagi Sojo semua itu hanyalah sekedar pengalaman yang akan menjadi torehan cerita dalam perjalanan kehidupannya, ada hal yang mendasar yang mendorong ia mencalonkan diri menjadi seorang legislator. Kehidupan para petani yang menginspirasi semua itu.
Baginya petani merupakan salah satu bagian dari pejuang-pejuang tangguh dalam pembangunan negeri ini, pemasok kebutuhan pangan secara nasional, bahkan hasil dari cocok tanam petani kita menjadi salah satu penyumbang devisa yang sangat besar bagi negara. Namun faktanya nasib petani masih jauh dari kemakmuran, regulasi yang berkaitan dengan petani masih belum sepenuhnya berpihak pada petani. ” Saya merasakan itu, karena saya juga seorang petani,” ungkapnya.

Sojopun menceritakan suka duka petani, ia memberi contoh yang sangat sederhana , seperti halnya ketersediaan pupuk yang sering langka di saat musim tanam tiba, “ nanti ada, tapi sangat terbatas persediannya, mau tidak mau petani harus mencari, membeli dengan harga tinggi, “ ungkapnya. Ia juga berbagi cerita tentang tembakau sebagai tanaman komoditi, dimana tanaman yang hanya semusim ini, kalau dibanding dengan tanaman lainnya hasilnya sangat jauh, padi yang dua kali tanam atau tiga kali satu tahun masih jauh dibanding tanaman yang satu ini. “ Tetapi kena apa petani tembakau sekarang seakan hidup enggan matipun tak mau,” ungkapnya.
Permasalahan itulah yang harus diurai, sejauh mana regulasi itu menyentuh para petani sehingga bisa menjadi suport bagi para petani untuk selalu berinovasi, berkreasi , tanpa harus membebani petani tentang pasar. Pemerintah sudah mengucurkan dana untuk para petani tetapi kita rasakan Pemerintah belum sungguh=sungguh membantu dalam hal pemasaran, semisal di Ngawi, tembakau Karangjati sulu banyak dicari oleh konsumen, logikanya dengan banyaknya yang mencari atau pembeli akan terjadi persaingan harga sedang sekarang sekarang sudah ada pembeli yaitu PT Sampoerna, hanya satu perusahaan maka akan terjadi monopoli pasar. ” Karena hanya satu tidak ada kompetiter lainnya, akhirnya harganya stagnan, apalagi kalau kita mendengar para petani banyak sekali persyaratannya, baik itu di warna dan kepekatan sedang menurutnya mbaku rajang itu makin lama disimpan akan lebih baik kwalitasnya, pabrikpun juga disimpan, tidak sekaligus diolah,”jelasnya.

Berawal dari permasalahan-permasalahan yang ada di tingkat petani itulah membuat Sojo bertekad untuk mencalonkan diri sebagi legislator di Kabupaten Tercinta ini, dengan harapan paling tidak bisa mewarnai produk-produk hukum yang dihasilkan oleh para legislator. “ Syukur-syukur bisa membawa aspirasi rakyat , khususnya para petani untuk menjadi pembahasan sehingga bisa mengurai permasalahan yang dihadapan para petani,” pungkasnya. (wid)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *