PEMBUKAAN GANTANGAN PERKUTUT SERUT SEWU REBUTKAN KADES CUP I DESA TEGUHAN

Perlombaan burung tetap menjadi penyaluran yang bagus sejak pandemi Covid-19 sampai berakhir sekarang. Hobi itu para penggemar burung perkutut kembali mendapoat penyaluran positif lewat pegelaran lomba burung perkutut yang dikemas dalam Pembukaan Gantangan Perkutut Serut Sewu, Rebutkan Kades Cup I Desa Teguhan, Minggu 20 November 2022.

Lomba burung perkutut lokal yang diadakan di halaman Pendopo Serut Sewu Gerdon Desa Teguhan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi tersebut dikuti oleh ratusan peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah, seperti Solo, Sragen, Jombang, Tuban, Bojonegoro, Ponorogo, Magetan, dan Ngawi.

Kepala Desa Teguhan Supriyono yang mendapat gelar dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Raden Tumenggung Supriyono Prodotopuro, SH menjelaskan, lomba burung perkutut lokal tersebut dalam rangka Pembukaan Gantangan Perkutut Serut Sewu Desa Teguhan.

Supriyono mengapresiasi penyelenggaraan lomba karena dapat menyatukan peserta dari berbagai daerah, selain menyalurkan hobi juga menggerakkan perekonomian masyarakat.

“Burung perkutut merupakan salah satu simbol kelestarian budaya Jawa. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk meneruskan dan menjaganya agar tetap menjadi budaya Jawa,” tutur Raden Tumenggung Supriyono Prodotopuro.

Dikatakan Raden Tumenggung Supriyono Prodotopuro, pihaknya berharap dari ajang lomba burung perkutut tersebut juga sebagai ajang silaturahim antar penggemar dan pemilik burung perkutut. Disamping itu, dari diselenggaranya lomba burung perkutut bisa menjadi hiburan tersendiri bagi warga para pecinta burung perkutut di Kabupaten Ngawi dan sekitarnya.

“Tentunya melalui lomba burung perkutut ini menjadi ajang hiburan bagi warga setelah pandemi Covid-19 mereda. Dan tidak kalah penting dari kegiatan tersebut bisa menggeliatkan kembali perekonomian masyarakat melalui lomba burung perkutut,” papar Raden Tumenggung Supriyono Prodotopuro.

Kades berharap, melalui lomba perkututan lokal mampu mengangkat dan mampu meningkatkan ekonomi nilai jual burung perkutut.

Tidak hanya dari segi suaranya, tapi juga dapat meningkatkan nilai jual peralatan maupun perlengkapan yang dibutuhkan untuk merawat dan memelihara burung perkutut.

Lebih jauh lagi, perlombaan ini bukan hanya bertujuan untuk mewadahi para penghobi burung perkutut lokal dan meningkatkan perekonomian mereka, tapi juga untuk mendukung ekosistem bisnis di dunia perkutut lokal. Selain melahirkan bibit-bibit baru, hal ini juga diharapkan dapat berdampak positif bagi para peternak dan kelompok-kelompok pecinta perkutut.

Peserta sebanyak enam kelas, yakni Lokal Alam (1 sesi),  Lokal Ternak (1 sesi), Campuran Bebas (2 sesi), Gacoran Max (2 sesi), Layon 150 (1 sesi), Layon 100 (1 sesi), masing-masing perkutut tampil 30 menit. Setelahnya akan dinilai untuk diambil juaranya.

“Yang mendapat juara akan mendapatkan antara lain, Juara 1-3  mendapatkan piagam dan uang pembinaan, Juara 4-5 mendapat piagam dan cashback tiket, Juara 6S/G10 mendapatkan piagam saja,” ungkap Raden Tumenggung Supriyono Prodotopuro. (Har)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *