Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali merebak termasuk di sejumlah kecamatan di Kabupaten Ngawi, sejak tanggal 3 Januari 2025, data dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Ngawi tercatat sebanyak 584 sapi terinfeksi PMK, dengan 54 di antaranya dilaporkan mati akibat penyakit mematikan ini.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Ngawi, Suprianto, kecamatan yang terdampak antara lain Kecamatan Bringin, Geneng, Gerih, Kedunggalar, Karanganyar, Pitu, dan Paron. Menyikapi situasi ini, Dinas Perikanan dan Peternakan (DPP) Kabupaten Ngawi segera melakukan screening atau pemeriksaan terhadap hewan ternak yang terinfeksi PMK.
Sementara dijelaskan Suprianto bahwa PMK merupakan penyakit menular yang menyerang hewan berkuku genap, terutama sapi dan kambing.
Lebih lanjut di tuturkan Suprianto gejala yang muncul meliputi demam tinggi, lesu, serta timbulnya lecet pada mulut dan kuku hewan. Penyebaran wabah ini tidak hanya mengancam kesehatan hewan ternak, tetapi juga berdampak pada sektor ekonomi peternakan di wilayah terdampak.
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Ngawi, Eko Yudo Nur Cahyo, menjelaskan bahwa penanganan PMK sempat terhenti akibat stok vaksin dari pemerintah pusat yang telah kedaluwarsa pada Oktober 2024. “Kami sedang menganggarkan sekitar Rp 255 juta untuk pengadaan vaksin PMK baru, yang akan diprioritaskan untuk sapi yang belum terjangkit,” ungkap Eko.
Untuk mengurangi penyebaran wabah, Yudo mengatakan Pemkab Ngawi melalui dokter hewan dan tenaga kesehatan terus memberikan sosialisasi kepada peternak terkait upaya pencegahan PMK, seperti menjaga kebersihan kandang dan menghindari membawa sapi dari luar wilayah terdampak.
Salah satu peternak, Yusuf Budi Prasetyo, mengungkapkan kekhawatirannya atas penyebaran PMK yang kali ini dianggap jauh lebih ganas. “Penyebaran PMK kali ini yang paling parah. Dalam sehari dua ekor sapi terakhir di kampung kami mati. Beberapa warga sudah terpaksa menjual sapinya, sebagian lagi mati seperti milik saya,” ujar Yusuf.
Terkait hal ini, Yudo minta masyarakat untuk tidak panik dan selalu mengikuti informasi serta petunjuk dari otoritas setempat. Penanganan yang cepat dan tepat diharapkan dapat meminimalisir dampak ekonomi dan menjaga kesehatan hewan ternak di Kabupaten Ngawi. (Biila)