Proses tes seleksi Panitia Pemungutan Suara (PPS) tingkat desa yang dilakukan KPU Ngawi tuai protes kalangan masyarakat, terutama para peserta yang telah mengikuti tes Computer Assisted Test (CAT) dengan nilai tertnggi yang tidak lolos seleksi. Bagaimana akuntabilitas dan transparansi proses seleksi PPS yang dilaksanakan KPU Ngawi,”kata Agus Setiono, salah satu peserta tes dari desa Jururejo.
Ia juga menilai pada tahap wawancara tidak obyektif lantaran indikator penilaian tes tak terukur. Ironisnya KPU Ngawi tidak membuka akumulasi nilai tahapan tes wawancara, sehingga masyarakat tidak tahu standarisasi nilai lolos atau tidak lolos. Belum lagi, peserta yang lolos ada yang doble jabatan. “Nilai CAT saya 100 posisi diurutan 3, setelah tes wawancara dinyatakan tidak lolos, sedang yang lolos nilainya jauh di bawah saya. Berapa hasil tes wawancara saya sehingga dinyatakan tidak lolos? Ini yang tidak transparan,” tandas Agus.
Senada salah satu warga kota Ngawi, Jumadi yang anaknya ikut tes seleksi PPS mengeluhkan proses seleksi PPS tersebut. “Anak saya juga nilai CAT nya bagus, tapi tidak lolos, saya malah melihat pengumuman yang lolos ada yang guru, apa tidak malu, mbok memberi kesempatan ke generasi muda, jika begini kapan lagi ada regenerasi, belum lagi dampak keputusan KPU Ngawi ini justru malah menumpuk pengangguran lantaran banyak diantara PPK dan PPS yang mereka luluskan memiliki double jabatan,” keluhnya.
Menanggapi banyaknya protes kalangan masyarakat, KPU Ngawi lakukan audiensi dengan insan Pers dan perwakilan peserta tes seleksi PPS di ruang Media Center KPU Ngawi, (25/1/2023)
Pada kesempatan tersebut Ketua KPU Ngawi, Prima Aequena Sulistyanti, S.IP memaparkan bahwa proses seleksi PPS di tingkat desa sudah sesuai prosedur dan regulasi yang ada. “ Kami hanya mengkonversikan kebijakan KPU Pusat melalui Keputusan KPU nomor 534 Tahun 2022. “Memang KPU yang bertanggung jawab seleksi PPS. Namun karena keterbatan personil kita dibantu PPK. Terkait proses seleksi kami sudah melalui pleno. Dan kami mengakui bahwa tes wawancara memang subyektif, dan tidak ada akumulasi nilai dari CAT. Dari peserta CAT kita ambil rangking 1 hingga 9, kita seleksi via wawancara hingga memperoleh 3 peserta terbaik sesuai kuota,” jelasnya.
Saat ditanya wartawan terkait apakah ada intervensi dari pihak pihak tertentu? Prima mengakui bahwa banyak yang berusaha melobi dan titip.” Banyak yang datang atau menghubungi saya, namun yang komunikasi ke saya sebelum tes, saya beri kisi kisi, “ pungkasnya. ( By )