Ada yang berbeda pada kegiatan rutin tahunan peringatan Hari Pahlawan di kabupaten Ngawi. jika di tahun tahun sebelumnya untuk memperingati Hari Pahlawan di Ngawi rutin digelar lomba gerak jalan Mantingan Ngawi, untuk tahun 2018 ini kegiatan tersebut sudah tidak ada lagi. Kali ini Pemerintah Kabupaten Ngawi menggantinya dengan kegiatan lintas alam dengan titel “Napak Tilas Gubernur Suryo”.
Animo masyarakat yang mengikuti kegiatan ini sungguh luar biasa dengan jumlah peserta mencapai 1876 orang yang terdiri dari perorangan maupun kelompok baik pelajar dan umum. Rute yang ditempuh sepanjang 21 kilometer pun syarat edukasi, yakni start dari monument Suryo, menyusuri sejarah kelam Gubernur Suryo yang meninggal karena kebiadaban PKI tahun 1948 di kalikakak, kemudian peserta juga menyusuri sumber daya alam kabupaten Ngawi hutan jati Banjarejo dan pinggiran sungai bengawan Solo, dan perjalanan lintas alam ini finish di museum Trinil, sebuah asset internasional tentang bukti keberadaan manusia purba.
Kegiatan Napak Tilas Gubernur Suryo ini di berangkatkan langsung Bupati Ngawi, Budi Sulistyono dan Ketua DPRD Ngawi, Dwi Rianto Jatmiko tepat pukul 06. 30 wib pada hari minggu, ( 18/11 ).
“Perubahan kegiatan ini dikarenakan padatnya jalur atau rute yang biasa ditempuh peserta gerak jalan. Dan dengan kegiatan lintas alam yang kita beri titel Napak Tilas Gubernur Suryo ini kita harapkan bisa mengedukasi masyarakat khususnya para pelajar agar selalu mengenang sejarah kelam meninggalnya orang nomor satu di Jawa Timur, yakni Gubernur Suryo, seorang tokoh juga pahlawan nasional yang banyak berkontribusi pada pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya,” kata Budi Sulistyono.
Senada kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah raga ( Disparpora ) Kabupaten Ngawi, H. Rahmad Didik Purwanto menegaskan bahwa dengan kegiatan ini bisa lebih mengenalkan potensi kabupaten Ngawi. “Seperti yang kita lihat, banyaknya peserta yang berasal dari luar Ngawi, menjadi ikwal baik untuk mengenalkan potensi Ngawi ke luar daerah. Kriteria penilaian napak tilas ini sendiri diukur dari kecepatan dan ketepatan waktu sampai di garis finish di Museum Trinil,” katanya. (wid)