Dinas Pertanian Ngawi melalui Bidang Kesehatan Hewan selenggarakan pelatihan Vaksinator unggas di kecamatan Karangjati dan Kendal . Kegiatan yang di laksanakan selama dua hari ( tanggal 2 Mei di karangjati dan 3 Mei di Kendal) ini dikuti 100 orang yang terdiri dari Petugas Penyuluh Lapangan, Tokoh Masyarakat, dan Kelompok Tani. Di wilayah timur diantaranya kecamatan Karangjati, Padas orang, Bringin , Pangkur , Kwadungan dan di wilayah selatan Kecamatan Kendal, Jogorogo, Ngrambe, Sine, Paron yang masing masing kecamatan mengikutkan 10 orang.
Pelatihan vaksinator ini menjadi salah satu langkah Dinas Pertanian khususnya Bidang Kesehatan memberi bekal pada peserta pelatihan yang berkaitan dengan penyakit flu Burung. “ Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan tentang flu burung dalam upaya pencegahan dan penanggulangan, meningkatkan ketrampilan pencegahan penyakit flu burung dan mencegah penyebaran penyakit tersebut ,” kata drh. Tri wahyu Sulistiyani kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi.
Menurutnya kegiatan pelatihan ini di fokuskan pada penyebaran virus flu burung pada unggas, walau tergolong penyakit yang relatif baru tetapi saat ini menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah banyak menelan korban jiwa dan unggas itu sendiri. “Dalam pelatihan ,semua peserta dibekali tanda-tanda unggas yang terserang flu burung, salah satunya warna jengger biru keunguan, mengeluarkan cairan dari mata dan hidung, unggas ngorok. bersin serta kematian unggas yang cepat dan mendadak. Untuk penularannya dan penyebaran penyakit flu burung ini yang pertama lewat cairan atau lendir yang berasal dari hidung, mulut, dan mata , yang kedua dari kotoran unggas yang sakit, yang ketiga kontak langsung dengan ternak yang sakit, melalui udara, air atau peralatan yang telah terkontaminasi virus flu burung bahkan flu burung bisa menyebar melalui alat transportasi yang tercemar virus tersebut,” terang Tri wahyu Sulistiyani.
Lebih lanjut Tri Wahyu Sulistiyani menjelaskan cara pencegahannya yaitu dengan bio security, pengamanan secara biologis, menghidari kontak langsung antara hewan dan mikro organisme, misal mencuci tangan setelah memegang unggas atau produknya, menggunakan masker saat masuk di kandang. Kedua memusnahkan Sumber penularan ( depopulasi selektif ) dengan cara mematikan unggas yang ada dalam satu kandang atau daerah sekitar yang dinyatakan positif AI (Avians Influensa ), agar ayamg atau unggas yang masih hidup di daerah tersebut tidak menyebar kedaerah lain. Ketiga memberi vaksinasi pada unggas,yang diberikan sebaiknya 2-3 kali dalam 1 tahun. Disinilah tugas vaksinator setelah pelatihan ini diharapkan bersama masyarakat memberi vaksinasi pada unggas di sekitarnya.,” katanya. Ia juga mengatakan bahwa untuk memvaksin unggas tidak sekedar memasukan vaksin ketubuh hewan, aturannya (dosis) yang diberikan 0,5 cc untuk unggas dewasa, 0,2cc untuk unggas dibawah satu bulan. Vaksin yang digunakan , vaksin inaktif ( killed vaccine) , untuk umur 4-7 hari ,0,2 ml dibawah kulit pada pangkal leher,4-7 minggu,0,5 ml dibawah kulit pangkal kepala, umur 12 minggu 0,5 ml dibawah kulit pangkal leher, umur 3-4 bulan 0,5 ml pada otot dada. Keempat menyemprot desinfektan yang dapat membunuh mikroorganisme tertama dikandang, temapat pakan atau tempat berkumpulnya unggas. Penyemprotan dilakukan minimal seminggu 2 kali, sedang bahan desinfektan dapat berupa deterjen,formalin 2%,iodinone,senyawa fenol,natrium atau alum hipoklorik. Sedang langkah terakhir Public Awareness ( penyadaran yang terus menerus ) dengan memberi penyuluhan pada masyarakat secara terus menerus dengan tujuan menunmbuhkan kesadaran masyarakat untuk memperhatikan unggas peliharaannya serta menyadarkan untuk berpola hidup bersih dan sehat. (Wid)