Bagi Sudar SPd, kepala SDN Sambiroto 1, kedisiplinan memiliki urgenitas menuju keberhasilan dalam dunia pendidikan, mengingat pendidikan terutama pendidikan dasar merupakan salah satu pondasi yang akan ikut berperan kelak dalam mencetak generasi bangsa. ” Kita tidak bisa mengesampingkan arti disiplin,” ucapnya.
Pria yang proletar dan sudah lama mengabdi di dunia pendidikan ini tentu saja mempunyai stategi tersendiri dalam memajukan kwalitas anak didiknya, salah satu cara yang diterapkan adalah memberi contoh yang baik kepada anak didik, baik dalam tutur kata maupun berperilaku. “Untuk anak seusia sekolah dasar cara menanamkan kedisiplinan dengan memberi contoh langsung. Seperti halnya yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan, kita tiap hari memberi contoh menyapu kelas maupun pelataran sekolah, disaat kita bersih-bersih bersama, anak didik kita beri masukan arti kebersihan. Untuk bidang kegamaan disetiap pagi anak diajak sholat dhuha,di mushola sekolahan, walau bergilir tiap kelas juga diharuskan membaca ayat-ayat pendek,” jelas Sudar.
Dengan segenap pengampu pendidikan yang ada, Sudar selalu bermusyawarah bila ada sesuatu hal yang berkaitan dengan lembaga yang dinahkodainya. Seperti pembangunan mushola yang ada di lingkungan sekolahnya, berbekal uang 15 juta yang berasal dari pribadinya, diajaklah komite untuk bermusyawarah, dengan uang tersebut Sudar ingin mempunyai mushola di lingkungan sekolahan, disaat kami rembugan bersama dan dihadiri kepala desa setempat, akhirnya kami dibantu 15 juta dari desa ,alhamdulillah dengan uang sebesar itu maka jadilah mushola tersebut, bahkan saat ini sudah dikeramik bantuan dari Baznas Ngawi,” katanya.
Sudar juga menuturkan bahwa setahun setelah menjabat kepala sekolah, lembaga pendidikan yang dipimpinnya mampu meraih beberapa penghargaan. Dibidang lingkungan hidup dengan pohon asuhnya. Sedang untuk prestasi akademik masih belum bisa meraih prestasi yang maksimal,” masih berkutat juara 2, UASBN,”ujarnya. Menurutnya sebagai seorang pendidik akan dikategorikan berhasil dan bangga disaat melihat anak didiknya juga berhasil tidak sekedar prestasi akademiknya saja tetapi juga budi pakertinya di mata teman, orang tua, guru dan lingkungan, bisa menjadi suri tauladan, paling tidak untuk usia sebayanya,”ujarnya.
Disinggung kendala yang ada, Sudar menyampaikan bahwa saat ini ada yang membuatnya sedikit kurang leluasa dalam penggunaan BOS. Karena 20% hanya untuk buku, yang kedua pencaian BOS yang tidak seperti dulu, kalau dulu tiap 3 bulan sekali jadwal tanggalnya tepat sehingga mempermudah dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan rutinitas penggunaan angaran semisal memberi honor bagi guru latker. “Sekarang hak mereka acap kali tertunda,” ujarnya. Iapun mengatakan dampaknya untuk memenuhi hak guru honorer atau kegiatan kita harus hutang dulu. Tetapi bagaimanapun situasi karena itu semua sudah resiko dalam tugas harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. ( Wid )